Kamis, 08 Oktober 2015

Landasan Teoritis Penggunaan Media Pembelajaran (Resume Media Pembelajaran 2)




LANDASAN TEORETIS PENGGUNAAN MEDIA PENDIDIKAN
Menurut Bruner (1966: 10-11) ada tingatan utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman pictorial gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic). Pengalaman langsung adalah mengerjakan, misalnya arti kata ‘simpul’ dipahami dengan langsung membuat ‘simpul’. Pada tingkatan kedua yang diberi label iconic (arti gambar atau image), kata simpul dipelajari dari gambar, lukisan, foto, atau film. Selanjutnya , pada tingkatan symbol, siswa membaca atau mendengar kata ‘simpul’ dan mencoba mencocokannya dengan ‘simpul’ pada image mental atau mencocokannya dengan pengalamannya membuat ‘simpul’.
Menurut Dale (1969) tingkat pemahaman hasil belajar seperti itu merupakan suatu proses komunikasi. Guru sebagai sumber pesan menuangkan pesan ke dalam symbol-simbol tertentu (encoding) dan siswa sebagai penerimaa penafsiran symbol-simbol tersebut, sehingga dipahami sebagai pesan (decoding).
Uraian di bawah memberikan memberikan petunjuk bahwa agar proses belajar dan mengajar dapat berhasil dengan baik, siswa sebaiknya diajak untuk mendapatkan semua alat ideranya.
Pesan diproduksi dengan:                            Pesan dicerna dan diinterpretasikan dengan:
Berbicara, menyanyi, memainkan                         Mendengarkan
alat musik, dsb
Memvisualisasikan melalui film,                           Mengamati
 foto, lukisan, gambar, model,
 patung, grafik, kartun
, gerakan nonverbal
Menulis atau mengarang                                        Membaca
GAMBAR 1.1 Pesan Dalam Komunikasi
Semakin banyak alat indera yang dipergunakan untuk menerima dan mengolah informasi, semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan.
Levie & Levie (1975) menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubungkan fakta-fakta dan konsep. Di lain pihak, stimulus verbal memberi hasil belajar yang lebih apabila pembelajaran itumelibatkan ingatan yang berurutan (sekuensial). Hal ini merupakan salah satu bukti dukungan atas konsep dual coding hypothesis (hipotesis koding ganda) dari Paivio (1971). Konsep itu mengatakan bahwa ada dua sistem ingatan manusia, satu untuk mengolah symbol verbal kemudian menyimpannya dalam bentuk proposisi image, dan yang lainnya untuk mengolah image nonverbal yang kemudian disimpan dalam bentuk proposisi verbal.
Perbandingan pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang dan indera dengar sangatmenonjol perbedaannya. Kurang lebih 90% hasil belajar seseorang diperoleh melalui indera pandang, dan hanya sekitar 5% diperoleh melalu indera dengar, dan 5% lagi diperoleh oleh indera lainnya (Baugh dalam Achsin, 1986). Sementara itu, Dale (1969) memperkirakan bahwa pemerolehan hasil belajar melalu indera pandang berkisr 75%, melalu indera degar sekitar 13%, dan melalui indera lainnya sekitar 12%.
Salah satu gambar yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale’s Cone of Experience (Kerucut Pengalaman Dale) (Dale, 1969)
        Abstrak

Kongkret
 
.
GAMBAR 1.2 Kerucut Pengalaman Dale
Kerucut ini merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tiga tingkatan pengalaman yang dikemukakan ole Bruner sebagaimana diuraikan sebelumnya. Hasil belajar seseornag diperoleh dari pengalaman langsung (kongkret), kenytaan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang verbal (abstrak). Semakin ke atas di puncak kerucut, maka seakin abstrak media penyampaian pesan itu.. peru di catat bahwa urutan-urutan ini tidak berarti proses belajar dan interaksi mengajar belajar harus selalu dimulai dari pengalamna langsung, tetapi dimulai dengan jenis pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok siswa yang dihadapi dengan mempertimbangkan situasi belajarnya.
Pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu. Oleh karena itu, ia melibatkan penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba. Ini dikemukakan dengan learning by doing.
Tingkat keabstarakan pesan akan semakin tinggi ketika pesan itu dituangkan kedalam lambing-lambang seperti bagan, grafik, atau kata. Jika pesan terkandung dalam lambang-lambang seperti itu, indera yang dilibatkan untuk meafsirkannya semakin terbatas, yakni indera pendengaran atau indera penglihatan . meskipun tingkatan partisipasi fisik semakin berkurang, keterlibatan imajinatif semakin bertambah dan berkembang.

Daftar Pustaka
Arsyad, Azhar. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar