LANDASAN TEORETIS
PENGGUNAAN MEDIA PENDIDIKAN
Menurut Bruner
(1966: 10-11) ada tingatan utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman pictorial gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic). Pengalaman langsung adalah
mengerjakan, misalnya arti kata ‘simpul’ dipahami dengan langsung membuat
‘simpul’. Pada tingkatan kedua yang diberi label iconic (arti gambar atau image), kata simpul dipelajari dari
gambar, lukisan, foto, atau film. Selanjutnya , pada tingkatan symbol, siswa
membaca atau mendengar kata ‘simpul’ dan mencoba mencocokannya dengan ‘simpul’
pada image mental atau mencocokannya dengan pengalamannya membuat ‘simpul’.
Menurut Dale
(1969) tingkat pemahaman hasil belajar seperti itu merupakan suatu proses
komunikasi. Guru sebagai sumber pesan menuangkan pesan ke dalam symbol-simbol
tertentu (encoding) dan siswa sebagai
penerimaa penafsiran symbol-simbol tersebut, sehingga dipahami sebagai pesan (decoding).
Uraian di bawah
memberikan memberikan petunjuk bahwa agar proses belajar dan mengajar dapat
berhasil dengan baik, siswa sebaiknya diajak untuk mendapatkan semua alat
ideranya.
Pesan
diproduksi dengan:
Pesan dicerna dan diinterpretasikan dengan:
|
alat musik, dsb
foto, lukisan, gambar, model,
patung, grafik, kartun
, gerakan nonverbal
|
GAMBAR
1.1 Pesan
Dalam Komunikasi
Semakin banyak alat indera yang
dipergunakan untuk menerima dan mengolah informasi, semakin besar kemungkinan
informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan.
Levie &
Levie (1975) menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang
baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubungkan
fakta-fakta dan konsep. Di lain pihak, stimulus verbal memberi hasil belajar
yang lebih apabila pembelajaran itumelibatkan ingatan yang berurutan
(sekuensial). Hal ini merupakan salah satu bukti dukungan atas konsep dual coding hypothesis (hipotesis koding
ganda) dari Paivio (1971). Konsep itu mengatakan bahwa ada dua sistem ingatan
manusia, satu untuk mengolah symbol verbal kemudian menyimpannya dalam bentuk
proposisi image, dan yang lainnya untuk mengolah image nonverbal yang kemudian
disimpan dalam bentuk proposisi verbal.
Perbandingan
pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang dan indera dengar
sangatmenonjol perbedaannya. Kurang lebih 90% hasil belajar seseorang diperoleh
melalui indera pandang, dan hanya sekitar 5% diperoleh melalu indera dengar,
dan 5% lagi diperoleh oleh indera lainnya (Baugh dalam Achsin, 1986). Sementara
itu, Dale (1969) memperkirakan bahwa pemerolehan hasil belajar melalu indera
pandang berkisr 75%, melalu indera degar sekitar 13%, dan melalui indera
lainnya sekitar 12%.
Salah satu
gambar yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan
media dalam proses belajar adalah Dale’s
Cone of Experience (Kerucut Pengalaman Dale) (Dale, 1969)
Abstrak
|
GAMBAR
1.2 Kerucut
Pengalaman Dale
Kerucut ini merupakan elaborasi yang
rinci dari konsep tiga tingkatan pengalaman yang dikemukakan ole Bruner
sebagaimana diuraikan sebelumnya. Hasil belajar seseornag diperoleh dari
pengalaman langsung (kongkret), kenytaan yang ada di lingkungan kehidupan
seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang verbal (abstrak).
Semakin ke atas di puncak kerucut, maka seakin abstrak media penyampaian pesan
itu.. peru di catat bahwa urutan-urutan ini tidak berarti proses belajar dan
interaksi mengajar belajar harus selalu dimulai dari pengalamna langsung,
tetapi dimulai dengan jenis pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan kelompok siswa yang dihadapi dengan mempertimbangkan situasi
belajarnya.
Pengalaman
langsung akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai
informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu. Oleh karena itu, ia
melibatkan penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba. Ini
dikemukakan dengan learning by doing.
Tingkat
keabstarakan pesan akan semakin tinggi ketika pesan itu dituangkan kedalam
lambing-lambang seperti bagan, grafik, atau kata. Jika pesan terkandung dalam
lambang-lambang seperti itu, indera yang dilibatkan untuk meafsirkannya semakin
terbatas, yakni indera pendengaran atau indera penglihatan . meskipun tingkatan
partisipasi fisik semakin berkurang, keterlibatan imajinatif semakin bertambah
dan berkembang.
Daftar Pustaka
Arsyad, Azhar. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar